Pages

Pages - Menu

Minggu, 13 Januari 2013

Ironisnya Negeriku


MAMENDO - Indonesia, ya, itulah nama negeriku. Negeri yang letaknya sangat strategis, sehingga memungkinkan tumbuh pesatnya perdagangan dan mudahnya mengakses segala sesuatu yang berasal dari luar. Negeri yang sangat kaya akan keindahan alam dan masyarakatnya, sehingga gelar "Zamrud Khatulistiwa" pun tersemat padanya. Banyak negara-negara lain yang iri dan ingin menguasainya, dari dahulu sampai sekarang, dari Portugis, Inggris, Belanda, Jepang hingga Amerika.


Negeri kami sangat dan amat kaya. Banyak barang tambang dan mineral yang tersebar di berbagai pelosok daerah, seperti batu bara, perak, gas alam, batu mulia, emas dan sebagainya, bahkan "gunung emas" pun di sini ada, tepatnya di Papua. Lautnya luas dan indah, di sana terdapat berbagai macam jenis biota laut, dari yang kecil sampai yang besar. Iklim di negeri kami sangat bagus untuk tumbuhan, sehingga memungkinkan berbagai macam jenis tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang. Kami juga memiliki tempat di mana keindahan terumbukarangnya paling cantik di dunia, ya... "Wakatobi" dan gugusan pulau di ujungnya, si "Raja Ampat", sangat cantik dan susah diungkapkan dengan kata-kata.... (kalau Syahrini bilang sih, centar membahana...).

Namun ironis, dibalik keindahannya, negeriku ini mempunyai sisi kelam. Jumlah penduduknya yang cukup banyak, sekitar 240 juta orang terpuruk oleh keadaan yang entah dari mana asalnya. Masyarakat kami begitu percaya dan yakin jika penduduknya bodoh dan tidak mampu, padahal di sisi lain, seorang Habibi, "presiden ke-3" kami adalah salah satu putra terbaik yang dimiliki negeri ini dalam ilmu penerbangan. Gelar juara emas pun sering kita raih dalam olimpiade matematika, fisika, sains dan lainnya. Begitu banyak ilmuwan-ilmuwan pandai yang telah dihasilkan negeri ini, tetapi sayang, pemerintah tidak mendukung, sehingga mereka dimanfaatkan oleh negara lain. Seandainya mereka dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan negara ini, in sya Allah, negara kami tidak akan terpuruk.

Di negara kami ada sekitar 780 ribu pengangguran sarjana yang rela mengantri mendapatkan pekerjaan untuk hari esok. Sedangkan pekerja buruh banyak yang dipaksa bekerja rodi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi pasar kapitalisme. Lantas, apa bedanya dengan romusha dan kerja paksa yang dilakukan oleh para penjajah pada zaman dahulu? Apakah benar kami sudah benar-benar merdeka dan terbebas dari penjajahan? Atau ini hanya slogan dan angan-angan yang telah dimasukkan oleh para penjajah supaya bisa menjajah lebih lama? Kami lebih puas diri jika kebutuhan kami terpenuhi hari ini, dan cukup itu saja tujuan hidup kami, berkeluarga dan mati mulia.

Penduduk kami sebenarnya sangat sopan dan ramah, bahkan terlalu baik, sehingga banyak slogan baik yang telah melekat dan terus kami junjung. Tetapi sayang, semua telah berubah, kami seperti orang yang keluar dari akalnya, tidak mempunyai pegangan hidup. Sehingga berbagai jenis kejahatan pun kini hampir bisa ditemui di berbagai daerah dan kapanpun di negeri ini, entah sejak kapan semua itu dimulai.

Sebenarnya, siapakah yang salah? Bukankah setiap manusia terlahir dalam keadaan merdeka? Bukankah setiap manusia tidak dapat memilih untuk lahir dari rahim seorang ibu yang kaya atau miskin? Bukankah kita mendapati waktu yang sama, tanah yang sama, udara yang sama dan banyak lainnya kesamaan kita sebagai manusia?

Ada yang tahukah, bagaimana cara menyelamatkan kami? Kami sudah begitu terpuruk oleh keadaan ini, pemerintah kami sedang disibukkan dengan korupsi dan dana dari asing, kekayaan negeri ini pun tidak dapat kami nikmati, kemerdekaan kami pun sia-sia, sumber daya kami diperjualkan kepada para penjajah yang setiap hari semakin menginjak-menginjak dan menghinakan kami. Bukankah penduduk kami baik, namun kenapa begitu ironis sekali. Why....? Kenapa manusia hanya cukup hidup untuk dirinya sendiri? Ternyata, dunia masa ini lebih buruk dari masa lalu, sebelum adanya nabi Allah.
 

Cari Blog Ini